(Bentengmelayu.com) - Berpendidikan tinggi saja tidaklah cukup tanpa dibarengi pendidikan moral didalam dunia pendidikan, sebuah bangsa barangkali bisa menggapai kemajuan teknologi melalu dunia yang super canggih namun faktanya kemajuan kemajuan tekhnologi yang super itu malah menjadi perusak peradaban moral suatu bangsa.
Hari ini kita tak dapat menolak fakta betapa majunya tekhnologi yang berhasil digapai oleh manusia melalu ilmu pengetahuan seperti alat komunikasi contohnya, alat kemiliteran, dan lain sebagainya namun tanpa bekal pendidikan moral bagi anak bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dibidang tekhnolgi justru mengancam dan merusak peradaban umat manusia.
Dizaman Orde Baru Soeharto generasi masa itu pasti dapat mengingatnya bagaimana penataran P4 (pedoman, penghayatan, pengamalan, pancasila) menjadi wajib bagi para anak didik melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, saya sampai saat ini masih terkesan bagai mana etika moral P4 itu diajarkan seperti saat berada didalam bus umum kita melihat ibu hamil atau orang tua renta kita harus memberi kursi jika ada ibu hamil atau orang tua yang sudah renta, disaat semua kursi didalam bis penuh, hal lain kita diajarkan membantu jika ada orang tua mau menyeberangi jalan kita harus membantunya menyeberang, sekelumit contoh nilai moral keseharian yang begitu melekat diajarkan saat itu bagi anak anak disekolah.
Tapi hari ini nilai-nilai moral semacam ini sudah luntur didunia pendidikan kita, kita melihat fakta bagaimana bisa seorang anak usia SMP punya ide membunuh, punya ide menghamili pacarnya, anak tidak punya rasa takut saat merokok ketemu dengan gurunya, anak anak pacaran bermesraan dengan santai dimuka umum, anak anak punya ide mengkonsumsi komik untuk mabuk, parahnya sampai mengkonsumsi Narkoba bahkan anak yang manis seusia SD, SMP bisa membuat kita takut dengan geng motornya saat melewati sekumpulan mereka ditepian jalan, padahal dahulu sekitar tahun 90 an itu keluar malam nonton band atau organ dipesta pernikahan selain malam minggu bisa mendapat hukuman disekolah.
Disekolah seorang guru hari ini tidak lagi berani walau hanya sekedar menjewer telinga karna bisa berefek pada pelaporan hukum, padahal tahun 90 han dipukul tangan menggunakan penggaris atau sekedar dijewer telinga adalah bagian dari model pembentukan nilai moral peserta didik.
Apa kemudian yang terjadi dengan dunia pendidikan kita hari ini seorang guru disekolah hanya menjadi murni sebagai pemberi materi apa yang ada dibuku itu saja.
Untuk skala yang lebih besar kita melihat fakta bagaimana moral para pemimpin bangsa kita merosot tajam, korupsi dilakukan dengan terang terangan penuh kebanggan tanpa ada beban moral bahwa perbuatan itu merampok, mencuri hak yang bukan miliknya ini contoh tindakan tak bermoral celakanya menjadi tontonan anak -anak generasi penerus bangsa hari ini.
Rasanya layaklah kita merenungi apa yang menjadi semboyan dunia pendidikan yang dicetuskan oleh seorang tokoh yang dikenal bapak pendidikan Indonesia Kihajar Dewantara makna semboyan tersebut
Ing ngarsa sung tuladha, artinya ketika di depan kita harus memberi contoh atau suri teladan bagi mereka yang berada di tengah dan belakang.
Ing madya mangun karsa, artinya ketika di tengah kita harus bisa memberikan semangat untuk kemajuan.
Tut wuri handayani, artinya ketika di belakang kita harus mampu memberikan dorongan.
Dimomen peringatan hari pendidikan Nasional 2 Mei 2023 ini perlu rasanya kite kembali melihat kebelakangan sebagai refleksi nilai moral pancasila bagi anak bangsa pada dunia pendidikan kita saat ini.
:Abdul Murat
:Ketua GNPK-RI KAB.PELALAWAN